ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI



 Pengertian Andragogi dan Pedagogi

Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: “aner”, dengan akar kata andr, yang berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina. Andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching).

Knowles (1984) memberikan contoh penerapan prinsip-prinsip andragogi dengan desain pelatihan sebagai berikut.
a.       Ada kebutuhan untuk menjelaskan mengapa hal-hal tertentu yang iajarkan, misalnya, perintah tertentu, fungsi, operasi, dan lain-lain.
b.      Pengajar harus berorientasi pada tugas yang bermakna, bukan menghafal. Kegiatan belajar harus berada dalam konteks tugas umum yang diberikan.
c.       Pengajar harus mempertimbangkan berbagai latar belakang yang berbeda dari peserta didik, bahan belajar dan kegiatan harus emmungkinkan berbagai tingkat atu jenis pengalaman sebelumnya.
d.      Karena orang dewasa cenderung mandiri, pengajaran harus memungkinkan pembelajar menemukan hal-hal untuk diri mereka sendiri, memberikan bimbingan dan bantuan ketika ada kesalahan yang dibuat.

Secara operasional, prinsip-prinsip tersebut disajikan berikut ini.
a.       Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi pengajaran mereka.
b.      Pengalaman, termasuk kesalahan yang mereka rasakan menjadi dasar kegiatan belajar.
c.       Orang dewasa paling tertarik untuk mempelajari mata pelajaran yang memiliki relevansi langsung dengan pekerjaan kehidupan pribadinya.
d.      Belajar bagi orang dewasa lenih berpusat pada masalah daripada ketimbang berorientasi pada isi.

Pedagogi ditarik dari kata “paid” artinya anak dan “agogus” artinya membimbing atau memimpin. Dengan demikian secara harfiah “pedagogi” berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Pedagogi atau belajar dimasa kanak-kanak adalah suatu studi tentang bagaimana menjadi guru. Lebih khusus lagi, awalnya kata pedagogi bermakna cara seorang guru mengajar atau seni mengajar (the art of teaching). Belakangan istilah pedagogi secara umum diberi makna lebih luas, yaitu merujuk pada strategi pembelajaran, dengan titik tekan pada gaya guru dalam mengajar.

Isu-isu dan komplikasi lebih lanjut yang timbul dari penggunaan istilah pedagogi merupakan seperangkat konsep untuk menjelaskan proses. Berikut tiga isu tertentu muncul terkait dengan masalah pedagogi. 
1.      Pedagogi merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk menjelaskan prinsip-prinsip dan praktik mengajar anak-anak. 
2.      Banyak pekerjaan “pedagogi sosial” yang telah digunakan untuk menggambarkan prinsip-prinsip mengajar anak-anak dan kaum muda. 
3.      Sejauh mana pengertian pedagogi telah dipahami dan dominan mewarnai proses pembelajaran dalam konteks sekolah. Tidak mungkin persoalan mengajar hanya dikaitkan dengan guru atau siswa semata. Diskusi tentang pedagogi selalu dikaitkan dengan kurikulum, pengajaran, siswa, media pembelajaran, dan situasi yang mengitarinya. Bahkan istilah pedagogi juga menyentuh dimensi pendidikan pada umumnya atau seluruh tatanan yang memungkinkan interaksi antar subjek yang bernuansa pengajaran dan pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas, di sekolah atau di luar sekolah.

Malcom S. Knowles (1970) membedakan kedua disiplin ilmu andragogi dan pedagogi sebagai berikut.
Andragogi
Pedagogi
Pembelajar disebut “peserta didik” atau “warga belajar”.
Pembelajar disebut “siswa” atau “anak didik”.
Gaya belajar independen.
Gaya belajar dependen.
Tujuan fleksibel.
Tujuan ditentukan sebelumnya.
Diasumsikan bahwa peserta didik memiliki pengalaman untuk berkontribusi.
Diasumsikan bahwa siswa tidak berpengalaman dan/atau/kurang informasi.
Menggunakan metode pelatihan aktif.
Menggunakan metode pelatihan pasif seperti metode ceramah.
Pembelajar mempengaruhi waktu dan kecepatan.
Guru mengontrol waktu dan kecepatan.
Keterlibatan atau kontribusi peserta sangat penting.
Peserta berkontribusi sedikit pengalaman.
Belajar terpusat pada masalah kehidupan nyata.
Belajar berpusat pada isi atau pengetahuan teoritis.
Peserta dianggap sebagai sumberdaya utama untuk ide-ide dan contoh.
Guru sebagai sumber utama yang memberikan ide-ide dan contoh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN OBSERVASI "MANAJEMEN KELAS DI SDN 067690"

Mengenal Lebih Dekat Sigmund Freud